Menjalankan suatu usaha di bidang budidaya hewan air tawar memang memberikan prospek yang menjanjikan, terlebih jika terdapat permintaan yang tinggi terhadap komoditas tersebut, baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Salah satu komoditas perikanan yang memberikan peluang usaha yang bagus untuk dibudidayakan adalah udang windu. Bagaimana cara budidaya udang windu yang benar agar mendapatkan hasil panen yang maksimal? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Daftar Isi
Udang telah menjadi salah satu komoditi ekspor perikanan yang utama di Indonesia. Selain udang vaname, jenis udang yang juga menjadi andalan adalah udang windu. Maka tak heran jika harga jualnya tinggi, sehingga pada setelah panen bisa memberikan keuntungan yang besar bagi para pelaku usaha budidaya.
Udang Windu memiliki nama Latin Penaeus monodon. Udang ini juga dikenal dengan sebutan black tiger shrimp dan merupakan udang laut asli Indonesia yang tumbuh mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram. Namun, jika dibudidayakan di tambak, panjang tubuh dan beratnya tidak sebesar udang windu di laut.
Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiruan, dan berloreng-loreng besar. Sebelum masa dewasa, udang windu berada di perairan dangkal atau di tepi pantai. Kemudian, setelah dewasa, udang ini mencari tempat yang dalam di tengah laut.
Dilihat dari segi manfaatnya bagi kebutuhan gizi manusia, udang memiliki kadar protein yang tinggi, vitamin, dan mineral lainnya. Ukurannya yang besar yang membuat dagingnya lebih tebal, cita rasanya yang gurih dan manis, serta cocok diolah menjadi aneka masakan membuatnya disukai banyak penikmat seafood, walau harganya cukup mahal.
Pernah menjadi salah satu komoditas unggulan sektor perikanan Indonesia, pamor udang windu sempat pudar akibat wabah penyakit bercak putih (white spot) yang membuat banyak petambak udang jenis ini gulung tikar.
Pasalnya, tingkat kematian akibat infeksi penyakit ini bisa mencapai 100% dalam waktu 2 – 7 hari pasca-infeksi dengan tingkat patogenitas yang tinggi. Ganasnya serangan penyakit tersebut masih dapat dirasakan hingga beberapa waktu setelahnya, terbukti dengan banyaknya tambak yang terbengkalai akibat petambak trauma dengan kegagalan usaha mereka.
Sebagai gantinya, udang vaname yang berasal dari Amerika Latin pada saat itu mulai diperkenalkan di tambak-tambak di Indonesia. Langkah ini pun menuai hasil, dan hingga sekarang produksi udang vaname melonjak tinggi dan melampaui jenis udang lain.
Sebagai udang asli Indonesia, keberadaan udang windu di Indonesia memang hampir kalah bersaing dengan udang vaname. Meskipun sebenarnya harganya sedikit lebih tinggi dari udang vaname, namun udang windu dinilai lebih sulit dalam proses budidayanya. Itulah sebabnya udang vaname saat ini menjadi primadona budidaya udang di Indonesia.
Walaupun demikian, masih banyak juga petambak yang tetap membudidayakan udang windu. Dengan ketelatenan dan kerja keras, mereka pun bisa berhasil panen.
Adanya para pelaku budidaya yang belum berhasil secara maksimal dalam membudidayakan udang windu membuat permintaan pasar belum bisa terpenuhi secara maksimal. Inilah yang bisa menjadi peluang bisnis.
Sebenarnya, budidaya udang windu tidaklah sesulit itu. Jika kamu ingin sukses dalam membudidayakan udang jenis apapun, yang dibutuhkan adalah mempelajari bagaimana kebiasaan dan habitat udang tersebut di alam aslinya, serta meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana teknik budidaya yang tepat bagi udang windu. Yang tak kalah penting juga adalah tekun berusaha.
Intinya, lakukan prosedur yang benar sejak awal atau sejak mempersiapkan tambak, dengan sebisa mungkin mengeliminasi atau meminimalisir berbagai faktor yang menghambat kelangsungan hidup udang windu dan mengoptimalkan faktor-faktor lain yang bisa mendukung pertumbuhannya.
Apabila pelaku budidaya tidak memiliki informasi yang cukup mengenai berbagai trik dan tips untuk bisa berhasil dalam membudidayakan udang windu, maka akan ada banyak kendala yang dihadapi. Jika berbagai kendala tersebut tidak dapat diatasi, bisa-bisa yang terjadi adalah gagal panen.
Selain dijual sebagai bahan pangan yang segar dan berprotein tinggi, udang juga bisa diolah menjadi berbagai produk, misalnya bakso, nugget, kerupuk, terasi dan sebagainya.
Dibalik peluang usaha yang bagus, tentunya ada berbagai kendala atau tantangan yang bisa saja terjadi, misalnya udang bisa saja terkena dampak buruk akibat pencemaran, kerusakan lahan dan hama penyakit yang menyebabkan kematian. Selain itu, jika pemeliharaan tidak dilakukan dengan telaten, pertumbuhannya bisa jadi lambat dan panen bisa tertunda.
Baca juga :
Ada beberapa tips penting buat kamu yang tertarik untuk membudidayakan udang windu agar bisa panen secara berkelanjutan. Mulai dari persiapan lokasi tambak, pemilihan dan penyebaran bibit, proses pembesaran termasuk pemberian pakan, antisipasi penyakit, dan proses panen.
Ada 3 tipe budidaya udang windu, yaitu :
Biasanya dilakukan di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Untuk budidaya menggunakan tipe ini, ukuran dan bentuk petakan tidak teratur.
Dalam budidaya menggunakan metode ini, lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, dan penggunaan pakan buatan masih sedikit.
Dalam metode ini, lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk sehingga memudahkan pengawasan udang dan pengelolaan air.
Pilihlah lokasi yang tepat untuk membuat tambak budidaya. Udang windu berkembang biak dengan baik dalam kondisi air payau, maka lokasi yang paling cocok untuk membudidayakan udang windu adalah di dekat pantai, karena umumnya di lokasi tersebut memiliki sumber daya air payau yang melimpah sehingga tidak menyulitkan kita untuk membangun saluran air menuju ke dalam tambak. Dengan demikian, suplai air yang masuk dan keluar dari tambak dapat terjadi secara teratur seperti di alam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :
Tak hanya memperhatikan lokasi untuk udangnya saja, namun desain dari tambak yang dibangun juga harus mudah untuk dikontrol sehari-hari supaya bisa menghemat dan memudahkan pengawasan.
Proses pembudidayaan udang windu haruslah dibuat senatural mungkin agar dapat berkembang dengan baik seperti di habitat aslinya. Untuk itu, pastikan di dalam tambak dibuat saluran yang terpisah antara saluran air masuk dan saluran air keluar, untuk memastikan kualitas air di dalam tambak tetap optimal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat tambak udang windu :
Dalam budidaya udang windu, pengolahan lahan juga sangat penting, terutama pengangkatan lumpur, yang biasanya mengandung sisa kotoran yang bersifat racun dalam membahayakan pertumbuhan udang.
Keluarkan lumpur yang membahayakan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air. Selanjutnya, harus dilakukan pembalikan tanah di dasar tambak dengan cara dicangkul atau dibajak agar terbebas dari gas yang bersifat racun berupa H2S dan amoniak pada tanah.
Pengapuran juga sangat penting karena bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Pengapuran bisa dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha. Dan yang terakhir, lakukan pengeringan, di mana tanah dibiarkan menjadi kering dan pecah-pecah dengan tujuan untuk membunuh bibit penyakit.
Sebelum air dimasukkan di tambak, biarkan lahan selama 3 hari. Lalu, lakukan pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm.
Dalam tahapan ini, bisa dilakukan perlakuan saponin untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Jika ingin menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, lakukan pengisian air kapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.
Dalam pemilihan benur, pilihlah yang mempunyai tingkat daya tahan yang tinggi dan tahan terhadap adaptasi perubahan lingkungan. Ciri-cirinya secara fisik yaitu berwarna tegas atau tidak pucat, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap.
Lakukan pengujian benur dengan cara meletakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air kemudian aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Dengan cara ini, bisa dilihat daya tahan benur, apakah benur aktif dan melawan putaran di wadah. Jika air putaran berhenti, apakah benur tetap aktif bergerak.
Jika persiapan tambak untuk budidaya udang windu telah selesai dilakukan, maka selanjutnya kamu harus mempersiapkan benih udang windu yang siap diternakkan. Benih ini bisa kamu beli pada tempat-tempat pembenihan.
Benih udang windu atau benur terdiri dari dua ukuran. Yang pertama yaitu benih yang masih halus atau post larva yang biasanya hidup di tepi pantai dan memiliki warna coklat kemerahan serta panjangnya sekitar 9 sampai dengan 15 mm dengan ciri-ciri cucuk pada kepalanya lurus maupun sedikit melengkung layaknya huruf s dan bentuk keseluruhannya menyerupai jet serta ekornya seperti kipas.
Yang kedua adalah benih yang sudah besar atau juvenil yang biasanya sudah memasuki muara sungai terusan. Memiliki sungut yang belang-belang selang-seling coklat serta putih atau berwarna putih bercampur hijau kebiru-biruan dan memiliki badan yang berwarna biru kehijauan maupun coklat sampai hitam, pada pangkal kaki renangnya berwarna belang antara kuning dan biru.
Cara pengangkutan benih udang windu ini adalah dengan menggunakan kantong plastik yang diisi dengan air sepertiga bagian nya dan diisikan benih udang windu sebanyak 1000 ekor.
Masukkan kantong plastik tadi ke kardus yang telah diberi styrofoam dengan jumlah 10% dari berat air yang ada dalam plastik dan pengangkatan benih ini dari tempat asal hingga ke tambak harus diangkut pada suhu antara 27 sampai 30 derajat Celcius. Jika suhu yang ada saat pengangkutan benih ini terlalu panas, kamu bisa menggunakan es batu untuk menurunkan suhunya.
Jika telah sampai di lokasi tambak, maka waktu yang tepat untuk penebaran benur udang ini adalah saat matahari tidak bersinar terik.
Baca juga :
Setelah melakukan pemilihan benur dan menyiapkan air dalam tambak, tahapan selanjutnya adalah penebaran benur. Namun sebelum menebarkan benur, pastikan bahwa plankton sudah tumbuh, ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm.
Lakukan penebaran benur dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Penebaran benur ini juga harus dilakukan secara bertahap dengan cara melakukan adaptasi suhu terlebih dahulu. Proses ini dilakukan pada tambak pendederan.
Di dalam tambak ini, bibit udang akan dirawat untuk proses pembesaran sementara sampai ukurannya kira-kira cukup untuk dipindahkan ke tambak pembesaran yang selanjutnya.
Pertama-tama, plastik wadah benur direndam selama 15-30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik. Kemudian, lakukan adaptasi udara dengan cara plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya dan biarkan plastik tersebut terbuka dan terapung selama 15-30 menit agar terjadi pertukaran udara.
Percikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak. Setelah itu lakukan pengeluaran benur dengan cara memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak dan biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. JIka ada sisa benur yang tidak keluar sendiri, masukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.
Untuk pemeliharaan, perhatikan kualitas air agar selalu stabil dengan melakukan penambahan atau penggantian air dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
Setelah udang windu berumur 39 hari, lihat perkembangan udang melalui pertambahan berat udang. Udang normal biasanya memiliki berat mencapai 250-300 jumlah udang/kg. Setelah itu, lakukan sampling tiap tujuh hari sekali. Setelah mencapai 60 hari, perhatikan kondisi air dengan melakukan manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang.
Mengenai pemberian pakan dan pembesaran benih udang windu air tawar, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah pencegahan dari hama dan penyakit yang dapat menyerang udang windu. Hama dan penyakit yang menjadi masalah biasanya adalah lumut berlebihan dan hewan pengganggu seperti ketam, udang tanah dan tiram.
Semua jenis hama ini dapat diatasi dengan cara memelihara bandeng di tambak pembesaran udang windu sebagai predator alami mereka. Penyakit yang timbul disebabkan oleh 3 hal yaitu virus, bakteri dan jamur. Masalah ini juga dapat diatasi dengan pemberian antibiotik dan pengendalian kualitas air. Lakukan upaya pencegahan dengan pemberian imunostimulan, vitamin dan desinfektan dari mulai pembenihan, pemeliharaan hingga panen.
Namun apabila udang windu telah terserang penyakit, maka harus dilakukan pemulihan. Penyakit pada udang windu dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur. Untuk mengatasi ini, lakukan karantina terhadap udang yang terinfeksi dan berikan antibiotik atau anti-jamur.
Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi hama pada tambak udang :
Burung memang dapat menjadi hama yang dapat memangsa udang. Untuk mengatasi hama burung yang mengganggu, kita harus membuat jaring di atas tambak agar burung tak dapat masuk.
Lumut memang dapat menjadi pakan alami bagi udang, namun apabila pertumbuhannya terlalu lebat justru dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tambak. Untuk itu, lakukan pembuangan lumut, bisa dengan menggunakan sifon atau langsung turun ke dalam tambak dan bersihkan lumutnya.
Untuk golongan hama ikan, ada dua tipe yang dapat mengganggu kelangsungan pertumbuhan udang windu, yaitu ikan pesaing dan ikan pemangsa.
Ikan pesaing adalah jenis ikan yang ikut memakan makanan yang diperuntukkan untuk udang, sedangkan ikan pemangsa adalah tipe ikan yang dapat memakan udang itu sendiri. Keduanya dapat merugikan.
Apabila memungkinkan, kita dapat memberantas hama ini dengan cara memindahkan udang windu ke tempat penampungan sementara dan menguras kolam, namun apabila tidak memungkinkan, kita dapat menggunakan cara kimiawi.
Penyebab lain gangguan pertumbuhan pada udang adalah pH air yang terlalu tinggi /terlalu rendah atau minimnya kadar oksigen terlarut di dalam tambak. Untuk kasus ini, cukup lakukan pergantian air dengan debit yang lebih besar.
Udang windu bisa dipanen di usia kurang lebih 5 hingga 6 bulan dengan ukuran berat kira-kira 8 ons per ekornya. Namun apabila udang terkena penyakit maka pemanenan bisa dilakukan lebih cepat karena jika tidak, udang bisa habis atau mati.
Untuk memastikan bahwa udang sudah layak panen, perhatikan fisiknya, seperti berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen bisa dilakukan dengan menebar jala. Waktu panen udang windu yang baik pada malam hari atau dini hari agar udang tidak terkena panas sinar matahari, sehingga udang tidak cepat menjadi merah/rusak.
Untuk memasarkan hasil panen, udang windu bisa dijual ke pasar, rumah makan, restoran ataupun hotel. Udang windu dengan kualitas bagus juga bisa dijual ke swalayan atau supermarket asalkan memenuhi syarat yang ditetapkan.
Penentuan harga jual budidaya udang windu bisa dihitung per kilogram, dengan harga yang cukup tinggi, sekitar Rp 175.000 untuk satu kilogramnya, tergantung dinamika harga di pasaran.